JAKARTA – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada Rabu 9 April, mengatakan bahwa kesepakatan untuk memisahkan aset TikTok di AS dari induk perusahaannya yang berbasis di China, ByteDance, masih “di meja” meskipun sempat ditunda beberapa hari sebelumnya.
Sejumlah Senator AS menyuarakan kritik keras terhadap rencana kesepakatan tersebut, namun Trump tetap membelanya.
“Kita punya kesepakatan dengan orang-orang yang sangat baik, perusahaan-perusahaan yang sangat kaya dan bisa mengelola ini dengan sangat baik. Tapi kita harus menunggu dan lihat dulu bagaimana kelanjutannya dengan China,” ujar Trump kepada wartawan di Oval Office. “Kesepakatan itu masih sangat di atas meja.”
Sebelumnya, pada Jumat, 4 April, Trump memperpanjang tenggat waktu bagi ByteDance untuk mendivestasi aset TikTok di AS atau menghadapi larangan penuh. Batas waktu baru yang ditetapkan adalah 19 Juni, bertepatan dengan tanggal efektif pelarangan jika tidak ada kesepakatan yang tercapai.
Trump sendiri telah dua kali memberikan kelonggaran terhadap pelaksanaan larangan tersebut yang awalnya dijadwalkan mulai berlaku pada Januari lalu.
Rencana kesepakatan tersebut mencakup pemisahan operasi TikTok di AS menjadi perusahaan baru yang berbasis dan mayoritas dimiliki oleh investor AS. Skema ini ditengarai bertujuan untuk melemahkan kepemilikan China atas aplikasi tersebut.
Namun, sejumlah senator dari Partai Demokrat seperti Mark Warner dan Ed Markey menentang langkah Trump, dengan mengatakan bahwa Presiden tidak memiliki kewenangan hukum untuk memperpanjang tenggat waktu tersebut. Warner juga menilai bahwa kesepakatan yang tengah dibahas kemungkinan besar tidak memenuhi persyaratan hukum yang berlaku.
Pada Rabu, Markey berupaya mengajukan rancangan undang-undang untuk memperpanjang tenggat hingga Oktober, namun langkahnya digagalkan.
Ketua Komite Intelijen Senat, Tom Cotton, menyuarakan kekhawatiran soal potensi campur tangan China dalam kepemilikan TikTok. Ia menegaskan bahwa setiap investor Amerika yang ingin membeli TikTok harus memutus semua hubungan dengan China.
“Para calon pembeli ini mungkin akan meminta Kongres melindungi mereka dari konsekuensi hukum, atau bahkan memaafkan mereka atas pelanggaran TikTok di masa lalu terhadap rakyat Amerika,” kata Cotton. “Bagi siapa pun di Amerika yang ingin berinvestasi dalam kesepakatan TikTok setengah matang ini, ketahuilah bahwa Kongres tidak akan pernah melindungi Anda jika bekerja sama dengan Komunis China.”
Hingga saat ini, TikTok belum memberikan komentar resmi terkait perkembangan terbaru tersebut.
Salah satu tantangan terbesar dalam penyelesaian kesepakatan ini adalah perlunya persetujuan dari pemerintah China. Seorang sumber yang dekat dengan investor ByteDance di AS mengatakan bahwa upaya merampungkan kesepakatan terus dilakukan jelang tenggat waktu 19 Juni, namun penyelesaian konflik tarif antara Gedung Putih dan Beijing juga menjadi kunci penting.
Menurut undang-undang yang disahkan sebelumnya, TikTok seharusnya berhenti beroperasi di AS per 19 Januari, kecuali ByteDance telah menyelesaikan divestasi asetnya. Namun, Trump yang mulai menjabat kembali pada 20 Januari memilih untuk tidak menegakkan aturan tersebut.
Departemen Kehakiman AS pada Januari lalu telah memberi tahu Apple dan Google bahwa mereka tidak akan menegakkan hukum tersebut, sehingga memungkinkan aplikasi TikTok kembali tersedia untuk diunduh oleh pengguna baru di kedua platform.
Hingga kini, nasib TikTok di AS masih belum pasti dan sangat bergantung pada negosiasi antara pemerintah AS dan China.
Posting Komentar