JAKARTA - Kanker serviks atau kanker leher rahim masih menjadi beban kesehatan di banyak negara, termasuk di Indonesia. Di Indonesia, kanker leher rahim menjadi pembunuh nomor dua pada perempuan setelah kanker payudara.
Staf Khusus Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), drg. Monica R. Nirmala, MPH, mengatakan bahwa dua dari tiga wanita di Indonesia mengetahui dirinya mengalami kanker leher rahim dalam keadaan stadium terakhir. Ini yang menyebabkan penanganannya makin sulit dilakukan.
“Kanker leher rahim merupakan kanker pembunuh nomor dua setelah kanker payudara di antara perempuan Indonesia. Padahal, kanker leher rahim ini mungkin satu-satunya yang sebetulnya bisa dicegah dengan imunisasi,” kata Monica, dalam acara “Kelas Jurnalis: Lawan Misinformasi Kanker Leher Rahim di Era AI dari MSD”, di Kuningan, Jakarta, pada Senin, 17 November 2025.
Terdeteksinya kanker leher rahim pada stadium akhir akan memiliki risikon pengobatannya yang tidak akan seefektif pada kanker yang terdeteksi sejak dini. Oleh karena itu, pemerintah semakin gencar untuk mengeliminasi kanker leher rahim, dengan memperkuat edukasi masyarakat dan imunisasi.
Kementerian Kesehatan RI menargetkan 90 persen anak perempuan dan laki-laki ditargetkan untuk diimunisasikan HPV sebelum usia 15 tahun.
Menurut Direktur Imunisasi Kemenkes RI, dr. Prima Yosephine, mengatakan bahwa pemberian imunisasi HPV telah diintrodksi sejak tahun 2016 dan telah diimplementasikan secara nasional pada tahun 2023, terutama pada anak perempuan. Imunisasi HPV ini ditargetkan tercapai untuk semua anak pada 2030 mendatang.
“Ini nanti semua mau dicapai tahun 2030,” tutur Dokter Prima.
Untuk mencapai hal tersebut, Kemenkes RI akan memberikan imunisasi HPV pada anak perempuan usia kelas 5 SD (11 tahun). Kemudian imunisasi kejar pada anak perempuan usia kelas 6 SD dan kelas 9 SMP (15 tahun), yang belum mendapatkan imunisasi HPV mulai 2025.
Tak hanya itu, pemberian satu dosis imunisasi HPV pada anak laki-laki usia 11 tahun mulai 2026 juga akan dilakukan dan terus diperluas pelaksanaannya.
Selain itu, Kemenkes juga melakukan pemanfaatkan artificial interlligence (AI) untuk meningkatkan kesadaran HPV. Ini dapat menjadi garda terdepan dalam mendeteksi dan merespons penyebaran berita negatif, terkhususnya di media sosial mengenai HPV dan kanker leher rahim.
Posting Komentar