TANGERANG - Tragedi didatangi debt collector ternyata berbuntut panjang atas kesehatan mental Sarwendah. Tak dapat dipungkiri, kedatangan debt collector tersebut cukup membuat ia dan anak-anaknya terkejut serta ketakutan.
Melihat hal ini, Sarwendah mengakui bahwa setelah kejadian itu ia langsung mendatangi psikolog untuk berdiskusi atas kejadian tersebut.
"Aku ke psikolog, iya," kata Sarwendah di kawasan Tangerang, Rabu, 19 November.
Sarwendah pun menjelaskan kalau ia hanya sebatas bertukar pikiran dengan psikolog tentang kejadian debt collector tersebut. Mengingat dirinya seorang perempuan sekaligus kepala keluarga.
"Aku cuma mau nanya, Kak, kalau Kakak seorang perempuan, tiba-tiba ada yang datang ke rumah, kaget nggak? Takut nggak? Gitu aja," tutur Sarwendah.
"Apalagi aku kan perempuan, aku punya anak-anak di rumah aku, gitu loh, ya," pungkasnya.
Di sisi lain, kuasa hukum Ruben, Minola Sebayang, mengungkapkan bahwa kliennya masih memberikan tunjangan bulanan senilai ratusan juta rupiah kepada Sarwendah, bahkan setelah mereka resmi bercerai.
Langkah ini diambil untuk membantah narasi bahwa Ruben Onsu sedang mengalami kesulitan ekonomi dan lalai terhadap kewajibannya.
"Kalau memang tujuannya ingin memojokkan klien kami bahwa dia dalam keadaan tidak mampu ekonomi, ini sangatlah tidak bijak," ujar Minola Sebayang di kawasan Jakarta Selatan, Sabtu, 15 November.
Untuk membuktikan tanggung jawab Ruben, Minola menunjukkan bukti percakapan dan transfer bulanan dari Ruben kepada Sarwendah. Pada September 2024 saja, Ruben disebut mentransfer total Rp242.629.000.
"Sejak klien kami bercerai dengan S, yang seharusnya kewajiban klien kami sebagai mantan suami terhadap anak-anaknya itu adalah uang pemeliharaan dan pendidikan," jelas Minola.
"Tapi kita boleh lihat, dari mulai perceraian, Ruben tiap bulan itu memberikan biaya kepada S senilai Rp242.629.000," bebernya.
Minola bahkan merinci beberapa alokasi dana tersebut yang dinilai fantastis, seperti biaya bensin dan tol sebesar Rp68 juta, sarang burung Rp9,3 juta, hingga iuran kebersihan dan uang plastik sampah senilai Rp5,2 juta setiap bulan.
"Listrik dibagi dua, jadi sudah bercerai, yang tinggal di rumah itu adalah S, yang menikmati listrik itu adalah S, tetap harus bagi dua biaya listriknya, Rp12,9 juta," bebernya.
Posting Komentar