JAKARTA - Menteri senior Inggris Pat McFadden pada Rabu 7 Mei menyatakan bahwa pertumbuhan kecerdasan buatan (AI) akan meningkatkan jumlah dan tingkat kecanggihan serangan siber yang menargetkan Inggris.
Selama beberapa tahun terakhir, perusahaan, lembaga publik, dan institusi di Inggris telah menjadi sasaran gelombang serangan siber. Insiden itu mengakibatkan kerugian puluhan juta pound sterling serta gangguan operasional yang berlangsung selama berbulan-bulan.
Dalam tiga minggu terakhir, sejumlah peritel besar Inggris seperti Marks & Spencer (M&S), Co-op Group, dan Harrods telah menjadi korban serangan siber. Hingga kini, M&S masih belum bisa memproses pesanan pakaian secara online akibat insiden tersebut. Namun, belum ada informasi resmi terkait jenis serangan yang dialami ketiga perusahaan tersebut.
“Mulai hari ini, kami mengungkap hasil intelijen yang menyatakan bahwa AI akan meningkatkan tidak hanya frekuensi, tetapi juga intensitas serangan siber pada tahun-tahun mendatang,” kata McFadden yang menjabat sebagai Menteri Kantor Kabinet yang bertanggung jawab atas keamanan siber nasional.
“Keamanan sistem kita hanya akan tetap terjaga jika mampu mengikuti perkembangan taktik para penyerang,” ujarnya saat berbicara dalam konferensi CyberUK 2025 yang diselenggarakan oleh National Cyber Security Centre (NCSC).
Menurut McFadden, pada tahun 2024 lalu, NCSC menerima hampir 2.000 laporan serangan siber. Dari jumlah tersebut, hampir 90 insiden diklasifikasikan sebagai “signifikan” dan 12 lainnya berada di tingkat “paling parah”. Jumlah ini tiga kali lebih banyak dibandingkan serangan parah yang terjadi pada tahun sebelumnya.
Ia menekankan bahwa serangan baru-baru ini terhadap peritel-peritel besar harus menjadi peringatan keras bagi semua pihak, termasuk pemerintah, sektor publik, dunia usaha, dan organisasi lainnya.
“Keamanan siber bukanlah sebuah kemewahan, tapi kebutuhan mutlak,” tegasnya.
McFadden juga mengungkapkan bahwa pemerintah Inggris akan meluncurkan strategi keamanan siber baru tahun ini. Selain itu, Rancangan Undang-Undang Keamanan dan Ketahanan Siber (Cyber Security and Resilience Bill) akan memberikan wewenang baru kepada pemerintah untuk mengarahkan organisasi yang diatur agar memperkuat pertahanan siber mereka.
Sementara itu, M&S dan Co-op secara luas dilaporkan menjadi korban serangan ransomware, di mana para penjahat digital menyusup ke sistem komputer perusahaan, mengenkripsinya, dan kemudian meminta tebusan agar akses bisa dikembalikan.
CEO NCSC, Richard Horne, mengatakan dalam konferensi bahwa ia ingin melihat masa depan di mana pembayaran tebusan bukan lagi sebuah opsi, dan model bisnis para penyerang siber tidak lagi menguntungkan.
Posting Komentar