Pameran Wastra di Museum Tekstil Tampilkan Keindahan Akulturasi Budaya Nusantara

Artikel Pameran Wastra di Museum Tekstil Tampilkan Keindahan Akulturasi Budaya Nusantara di ambil dari berbagai sumber di internet , dengan tujuan untuk ikut berperan aktif berbagi informasi yang bermanfaat kepada orang banyak , Selamat membaca
Suasana dari pembukaan pameran "Catur Kultur pada Wastra Indonesia" yang diselenggarakan di Museum Tekstil, Jakarta, Selasa (27/5/2025). (ANTARA/HO-Wastraprema)

JAKARTA - Museum Tekstil di Jakarta kembali menjadi pusat perhatian dengan menghadirkan pameran bertema “Catur Kultur pada Wastra Indonesia”, sebuah upaya memperlihatkan betapa kayanya wastra nusantara yang lahir dari percampuran berbagai budaya.

Sebagai museum yang berfokus pada pelestarian kain tradisional Indonesia, institusi ini terus memperkuat peran edukatifnya dalam mengenalkan sejarah dan filosofi kain kepada publik.

Pameran ini menampilkan kekayaan akulturasi budaya yang tergambar dalam berbagai jenis wastra dari berbagai daerah di Indonesia. Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, M. Miftahulloh Tamary, menyebut bahwa pameran ini tak sekadar menonjolkan keindahan visual, tetapi juga menyimpan makna mendalam terkait identitas budaya dari tiap wilayah.

“Melalui pameran ini, kita bisa mengenali warisan leluhur sekaligus memperkuat jati diri bangsa melalui kain tradisional,” ujar Miftahulloh seperti dikutip ANTARA.

Digelar selama satu bulan, pameran ini juga menjadi bagian dari rangkaian perayaan ulang tahun Museum Tekstil, Himpunan Wastraprema yang ke-49, dan HUT DKI Jakarta ke-498. Sebanyak 98 koleksi wastra langka ditampilkan dalam pameran ini, termasuk kain panjang, sarung, selendang, ikat kepala, hingga kain altar Tionghoa (tokwi) yang memiliki nilai sejarah tinggi.

Ketua Umum Himpunan Wastraprema, Neneng Iskandar, menjelaskan bahwa ragam wastra yang ditampilkan mencerminkan percampuran budaya China, India, Islam, dan Eropa. Motif-motif seperti naga, burung hong, bunga peony, hingga kaligrafi Arab dan lambang kerajaan Eropa menjadi bukti bahwa akulturasi budaya telah memperkaya khasanah visual kain tradisional Indonesia.

Menurut Neneng, akulturasi budaya ini tidak menggerus identitas lokal, melainkan justru memperkaya nilai artistik dan simbolik dalam wastra.

Misalnya, motif dari keramik China diadopsi ke dalam pola batik atau tenun, sementara desain kain patola dari India ditemukan di berbagai daerah Indonesia. Kaligrafi Arab pun menjadi elemen penting dalam batik bernuansa Islami, dan pengaruh Eropa tampak pada tenun dari kawasan Indonesia Timur dengan gambaran malaikat atau cupid.

Sri Kusumawati, Kepala Unit Pengelola Museum Seni, menambahkan bahwa Museum Tekstil akan terus menjadi ruang edukatif bagi masyarakat untuk memahami dan mencintai kekayaan kain tradisional Indonesia.

“Kami berharap pameran ini tak hanya memberikan informasi, tetapi juga menumbuhkan rasa bangga serta semangat generasi muda untuk terlibat aktif dalam pelestarian wastra Indonesia,” ujarnya.

Melalui pameran ini, Museum Tekstil tidak hanya berperan sebagai tempat penyimpanan artefak budaya, tetapi juga sebagai penghubung generasi masa kini dengan warisan leluhur yang tak ternilai. Wastra bukan hanya soal kain, tetapi juga cerita panjang tentang pertemuan budaya, sejarah, dan identitas bangsa.

Terimakasih sudah membaca artikel Pameran Wastra di Museum Tekstil Tampilkan Keindahan Akulturasi Budaya Nusantara Sampai selesai , mudah-mudahan bisa memberi manfaat kepada anda , jangan lupa bagikan artikel ini kepada teman anda semua , sekian terima kasih.