JAKARTA – Ujian terbesar bagi seorang pemimpin, menurut Prof. Dr. Connie Rahakundini Bakrie, adalah bagaimana ia mampu menaklukkan dirinya sendiri. Demikian disampaikan Guru Besar Universitas Negeri Saint Petersburg, Rusia, tersebut dalam peluncuran karya terbarunya.
"Perjuangan sejati seorang pemimpin adalah menaklukkan dirinya. Ketika seseorang telah mampu mengalahkan tiran dalam dirinya, maka ia akan memimpin dengan kejernihan, bukan dengan rasa takut,” ujar Connie dalam peluncuran bukunya: Dari Mimpi Peradaban Menuju Kelahiran Bangsa Berkesadaran (From the Dream of Civilization to the Birth of a Conscious Nation) di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa 17 Juni .
Tiran yang dimaksud, kata Connie Rahakundini Bakrie, bukanlah sosok diktator, melainkan bentuk-bentuk ketakutan, keraguan, kemalasan berpikir, dan rasa tidak percaya diri yang masih bercokol di hati banyak orang—termasuk para pemimpin. “Selama kita masih mudah takut dan suka menyalahkan pihak luar, artinya tiran itu masih hidup dalam diri kita. Dan selama itu belum dikalahkan, bangsa ini juga belum benar-benar merdeka,” tegasnya.
Dari Saint Petersburg untuk Indonesia
Prof. Dr. Connie Rahakundini Bakrie merupakan akademisi dan pakar pertahanan kenamaan Indonesia yang kini menetap di Rusia. Ia mengajar dan juga menjabat sebagai Duta Besar Pendidikan serta Ilmu Pengetahuan Rusia.
Meski berkiprah di panggung global, kecintaannya pada Indonesia tetap membara. Hal itu ia tunjukkan melalui buku barunya yang merupakan perpaduan antara pemikiran intelektual, kekayaan filosofis, dan kepekaan spiritual.
Buku ini tidak sekadar karya tulis, melainkan ajakan untuk membangkitkan kesadaran kolektif bangsa akan makna sejati berbangsa dan bernegara. Connie merumuskan konsep Negara Berkesadaran — visi masa depan Indonesia yang mengintegrasikan pendekatan TEPIDOIL (teknologi, ekonomi, politik, ideologi, demografi, organisasi, informasi, dan lingkungan), dengan fondasi nilai-nilai luhur Pancasila, pemikiran Negara Paripurna Soekarno, serta warisan peradaban dunia dan kearifan lokal.
Menawarkan Paradigma Baru
Melalui buku ini, Connie menawarkan kerangka baru dalam memaknai isu-isu strategis seperti kedaulatan, pertahanan, pendidikan, ekonomi, lingkungan hidup, hingga hubungan antarmanusia — semua berbasis pada kesadaran dan cinta kasih.
Ia menekankan bahwa pembangunan bangsa tidak bisa hanya mengandalkan sistem dan struktur, tetapi juga harus dimulai dari kesadaran kolektif: kesadaran akan jati diri, relasi dengan sesama dan alam, serta tanggung jawab spiritual terhadap masa depan peradaban.
Proses Penulisan Penuh Kontemplasi
Penulisan buku ini dimulai sejak awal 2022, bertepatan dengan keterlibatannya dalam berbagai forum strategis global di tengah ketegangan geopolitik dan krisis internasional. Saat menetap di Saint Petersburg dan mengamati dinamika kepemimpinan Presiden Vladimir Putin, Connie menemukan inspirasi penting: kekuatan sejati suatu bangsa bukan terletak pada senjata atau ekonomi, melainkan pada tingkat kesadarannya.
Buku ini bukan hasil disertasi akademik atau kompilasi artikel jurnal, melainkan buah dari lebih dari 30 tahun pengalamannya di dunia pertahanan, geopolitik, dan hubungan internasional. Ditulis melalui perenungan filosofis, kajian strategis, serta percakapan lintas budaya dan spiritual.
Dari Buku Menuju Gerakan Kesadaran
Tujuan utama buku ini adalah membangkitkan kesadaran bangsa Indonesia bahwa masa depan tidak bisa hanya dibangun dengan kekuatan fisik atau kemajuan teknologi, tetapi juga dengan kebijaksanaan batin dan kesadaran spiritual.
Connie berharap karyanya ini menjadi jembatan antara dunia politik dan dimensi spiritual, antara kekuasaan dan cinta kasih, serta antara Indonesia dan misinya dalam panggung peradaban global.
“Buku ini bukan untuk dibaca saja, tapi untuk dihidupkan dan diwujudkan menjadi gerakan moral bangsa — sebagai strategi menuju Indonesia yang adil, sejahtera, damai, dan beradab,” tuturnya.
Saat ditanya kemungkinan buku ini mengalami pelarangan atau sensor, Connie menjawab tenang: "Buku ini adalah doa panjang untuk Indonesia. Jika kebenaran dan cinta kasih dilarang, maka kita semua telah kehilangan arah. Tapi saya percaya, bangsa ini terlalu besar untuk takut pada kesadaran."
Buku karya Connie Rahakundini Bakrieini diterbitkan dalam dua versi bahasa, Indonesia dan Inggris, agar pesan dan gagasannya bisa menjangkau khalayak internasional. Ini adalah bagian dari ikhtiar memperkenalkan wajah Indonesia baru — bangsa yang kuat bukan hanya secara geopolitik, tetapi juga tercerahkan secara spiritual.
Posting Komentar