JAKARTA - Warga Palestina di Gaza utara melaporkan salah satu malam terburuk akibat pemboman Israel dalam beberapa minggu setelah militer mengeluarkan perintah evakuasi massal pada Senin.
Sementara pejabat Israel dijadwalkan berada di Washington untuk gencatan senjata baru yang digagas oleh pemerintahan Trump.
Sehari setelah Presiden AS Donald Trump mendesak diakhirinya perang yang telah berlangsung selama 20 bulan, seorang kepercayaan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu diperkirakan akan berada di Gedung Putih untuk melakukan pembicaraan mengenai gencatan senjata di Gaza, Iran, dan kemungkinan kesepakatan diplomatik regional yang lebih luas.
Namun di wilayah kantong Palestina itu tidak ada tanda-tanda pertempuran akan berakhir.
"Ledakan tidak pernah berhenti; mereka mengebom sekolah dan rumah. Rasanya seperti gempa bumi," kata Salah, 60 tahun, seorang ayah dari lima anak, dari Kota Gaza.
"Di berita, kita mendengar gencatan senjata sudah dekat, di lapangan kita melihat kematian dan kita mendengar ledakan,” sambungnya dilansir Reuters, Senin, 30 Juni.
Tank-tank Israel bergerak maju ke wilayah timur pinggiran Zeitoun di Kota Gaza dan menembaki beberapa wilayah di utara, sementara pesawat-pesawat mengebom sedikitnya empat sekolah setelah memerintahkan ratusan keluarga yang berlindung di dalamnya untuk pergi, kata penduduk.
Dilaporkan 25 orang tewas dalam serangan Israel pada hari Senin, kata otoritas kesehatan, termasuk 10 orang tewas di Zeitoun.
Tidak ada komentar langsung dari militer Israel, yang mengatakan militan Palestina bersembunyi di antara warga sipil. Kelompok militan membantah hal ini.
Pengeboman besar-besaran itu menyusul perintah evakuasi baru ke wilayah yang luas di utara, tempat pasukan Israel beroperasi sebelumnya dan meninggalkan kehancuran berskala besar.
Militer memerintahkan orang-orang di sana untuk menuju ke selatan, dengan mengatakan bahwa mereka berencana untuk memerangi militan Hamas yang beroperasi di Gaza utara, termasuk di jantung Kota Gaza.
Sehari setelah Trump menyerukan untuk "Buat kesepakatan di Gaza, dapatkan kembali para sandera", menteri urusan strategis Israel Ron Dermer, orang kepercayaan Netanyahu, diharapkan untuk melakukan pembicaraan tentang Iran dan Gaza di Gedung Putih, kata seorang pejabat Israel.
Di Israel, kabinet keamanan Netanyahu diharapkan untuk bersidang guna membahas langkah selanjutnya di Gaza.
Pada Jumat pekan lalu, kepala militer Israel mengatakan operasi darat saat ini hampir mencapai tujuannya.
Sedangkan pada Minggu, Netanyahu mengatakan peluang baru telah terbuka untuk menyelamatkan para sandera, 20 di antaranya diyakini masih hidup.
Sumber-sumber Palestina dan Mesir yang mengetahui upaya gencatan senjata terbaru mengatakan mediator Qatar dan Mesir telah meningkatkan kontak mereka dengan kedua pihak yang bertikai, tetapi belum ada tanggal yang ditetapkan untuk putaran baru perundingan gencatan senjata.
Seorang pejabat Hamas mengatakan kemajuan bergantung pada perubahan posisi Israel dan kesepakatan untuk mengakhiri perang dan menarik diri dari Gaza.
Israel mengatakan mereka dapat mengakhiri perang hanya jika Hamas dilucuti dan dibubarkan.
Sedangkan Hamas menolak untuk meletakkan senjatanya.
Perang dimulai ketika pejuang Hamas menyerbu Israel pada tanggal 7 Oktober 2023, menewaskan 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan membawa 251 sandera kembali ke Gaza dalam serangan mendadak yang menyebabkan hari paling mematikan bagi Israel.
Serangan militer Israel berikutnya menewaskan lebih dari 56.000 warga Palestina, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Kondisi ini membuat hampir seluruh 2,3 juta penduduk mengungsi dan menjerumuskan daerah itu ke dalam krisis kemanusiaan.
Lebih dari 80% wilayah itu sekarang menjadi zona militer Israel atau berada di bawah perintah pengungsian, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Posting Komentar