YOGYAKARTA - Tarian daerah Sumatera Utara merupakan salah satu warisan budaya Nusantara yang kaya akan makna dan nilai kehidupan. Setiap gerakan dan irama dalam tarian tradisionalnya bukan sekadar hiburan, tetapi juga sarana untuk mengekspresikan rasa syukur, cinta, dan penghormatan terhadap leluhur.
Keindahan tarian dari berbagai suku di provinsi ini telah diwariskan secara turun-temurun agar tidak hilang ditelan waktu. Berikut akan dibahas beberapa tarian tradisional khas Sumatera Utara lengkap dengan makna dan cerita di baliknya.
Tarian Tradisional Sumatera Utara dan MaknanyaSetiap suku di Sumatera Utara memiliki tarian khasnya masing-masing, seperti suku Batak Toba, Batak Karo, Mandailing, Melayu, hingga Nias. Keragaman tersebut menjadikan provinsi ini salah satu daerah dengan kekayaan seni tari paling berwarna di Indonesia. Berikut 6 di antara tari tradisional Sumatera Utara.
Tari Moyo berasal dari Kepulauan Nias. Kata moyo dalam bahasa setempat berarti burung elang, yang melambangkan semangat dan kegigihan. Tarian ini menceritakan seorang ibu yang menyambut kedatangan anaknya yang pulang dari medan perang.
Karena itu, ketika disaksikan secara langsung, Tari Mayo menghadirkan suasana penuh haru dan sukacita. Selain itu, Tari Moyo juga mengajarkan tentang semangat pantang menyerah dalam menghadapi kehidupan.
Tari Moyo sering ditampilkan dalam acara penyambutan tamu, pesta adat, maupun upacara kerajaan.
Tarian khas Melayu ini diciptakan oleh Guru Sauti dan awalnya dikenal dengan nama Tari Pulau Sari, sesuai dengan lagu pengiringnya. Nama “Serampang Dua Belas” diambil dari jumlah gerakan dalam tarian tersebut yang mencapai dua belas macam gerakan.
Tarian Serampang Dua Belas menceritakan perjalanan cinta dua insan manusia hingga akhirnya direstui ke pelaminan. Meskipun kental dengan budaya Melayu Deli, tarian ini juga mendapat pengaruh dari tarian Portugis.
Tarian Serampang Dua Belas biasa ditampilkan oleh dua belas penari yang berpasangan. Hingga kini, tarian ini masih sering ditampilkan dalam berbagai acara adat dan festival budaya.
Tari Tor-Tor adalah salah satu tarian paling terkenal dari suku Batak Toba. Sekilas terlihat sederhana, namun setiap gerakannya memiliki makna yang mendalam. Tarian ini berfungsi sebagai sarana penyampaian doa dan harapan kepada Tuhan dan penghormatan terhadap keluarga dan leluhur.
Biasanya, Tari Tor-Tor diiringi oleh alunan gondang yang menuntun irama gerak penari. Tarian ini bisa dilakukan semua orang, termasuk penonton. Setiap orang yang ini menari wajib umumnya diwajibkan mengenakan kain ulos.
Hingga kini, tarian ini masih menjadi bagian penting dalam berbagai upacara adat Batak, seperti pesta pernikahan, penyambutan, dan ritual keagamaan.
Tari Piso Surit berasal dari suku Batak Karo. Secara bahasa “Piso Surit” berarti burung yang sedang bernyanyi. Tarian ini mengisahkan seorang gadis yang menunggu kekasihnya dengan penuh rasa rindu.
Biasanya, tarian ini biasanya dibawakan setidaknya oleh lima pasangan penari laki-laki dan perempuan dengan mengenakan busana tradisional Karo. Tari Piso Surit sering ditampilkan untuk menyambut tamu kehormatan atau dalam pesta adat masyarakat Karo.
Tari Gubang merupakan tarian khas masyarakat Melayu Asahan. Dahulunya, tarian ini dipercaya sebagai media untuk memanggil angin agar perahu nelayan dapat berlayar dengan lancar. Nama “Gubang” sendiri diambil dari kata gebeng, yang berarti perahu dalam bahasa setempat.
Kini Tari Gubang telah bergeser fungsi menjadi hiburan bagi masyarakat pesisir. Tarian ini sering ditampilkan dalam pesta pernikahan, acara penyambutan, serta kegiatan kebudayaan di wilayah pesisir Sumatera Utara.
Demikian ulasan 5 tari daerah Sumatera Utara. Kekayaan seni tari di provinsi ini menunjukkan betapa beragamnya warisan budaya Indonesia. Setiap gerakan tarian tidak hanya menampilkan keindahan tetapi juga pesan moral dan filosofi kehidupan. Jika JAnda berkunjung ke Sumatera Utara, sempatkan diri untuk menyaksikan langsung keindahan tarian-tarian ini.
Posting Komentar