JAKARTA - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan belum ada konsensus yang tercapai mengenai pertanyaan-pertanyaan teritorial utama sebagai bagian dari kemungkinan penyelesaian perdamaian dengan Rusia, setelah dua hari pembicaraan antara negosiator Ukraina, Amerika, dan Eropa di Berlin, Jerman.
Kondisi perundingan proposal damai pelik soal urusan penyerahan wilayah yang diinginkan Rusia. Perdamaian di Ukraina ibarat jauh panggang dari api.
"Dalam isu-isu lain, ada kemajuan," kata Zelenskyy dalam pernyataannya dilansir ABC News, Selasa, 16 Desember.
Para pejabat pemerintahan AS memberi sinyal pada Senin, kesepakatan perdamaian antara Rusia dan Ukraina mungkin lebih dekat dari sebelumnya.
Tuntutan Ukraina untuk jaminan keamanan yang didukung AS dan nasib empat wilayah Ukraina yang sebagian diduduki telah mendominasi upaya terbaru Amerika untuk penyelesaian perdamaian guna mengakhiri invasi skala penuh Rusia, yang diluncurkan pada Februari 2022.
Rusia menduduki Krimea—yang diduduki pada tahun 2014—dan sebagian menduduki Donetsk, Luhansk, Zaporizhzhia, dan Kherson, di selatan dan timur Ukraina.
Moskow menuntut agar Ukraina menarik diri dari Donetsk dan Luhansk—yang bersama-sama membentuk wilayah yang dikenal sebagai Donbas—sebagai imbalan atas penghentian pertempuran.
Zelenskyy pada Senin menegaskan kembali posisi Ukraina, pihaknya tidak ingin menyerahkan wilayah Donbas kepada Rusia.
Dia juga mengatakan area demiliterisasi atau "zona ekonomi bebas" yang meliputi wilayah tersebut tidak dapat berada di bawah kepemimpinan Rusia.
"Ini adalah fitur penting bagi saya dalam format apa pun untuk Donbas," kata Zelenskyy.
"Baik secara de jure maupun de facto kami tidak akan mengakui Donbas sebagai wilayah Rusia—bagian yang diduduki sementara. Namun demikian, kami sedang membahas masalah mengenai wilayah tersebut, dan Anda tahu itu adalah salah satu masalah kunci,” sambungnya.
Zelenskyy mengisyaratkan kemajuan dalam isu jaminan keamanan Barat untuk mencegah agresi Rusia di masa depan, yang tanpanya Kyiv mengatakan tidak dapat menyetujui kesepakatan perdamaian.
Kanselir Jerman Friedrich Merz mengatakan setelah pembicaraan pada Senin, "Jaminan hukum dan material yang diajukan AS di Berlin ini sungguh luar biasa. Ini adalah langkah maju yang sangat penting, yang sangat saya sambut."
Posting Komentar