Saham Apple Anjlok ke Titik Terendah Sejak 2024, Gegara Tarif Balasan dari China

Artikel Saham Apple Anjlok ke Titik Terendah Sejak 2024, Gegara Tarif Balasan dari China di ambil dari berbagai sumber di internet , dengan tujuan untuk ikut berperan aktif berbagi informasi yang bermanfaat kepada orang banyak , Selamat membaca
Pengenaan tarid dari Presiden AS Donald Trump membuat saham Apple anjlok (foto: x @LeadingReport)

JAKARTA — Saham Apple mengalami penurunan tajam setelah China memberlakukan tarif balasan terhadap kebijakan tarif impor yang diumumkan Presiden AS, Donald Trump. Penurunan ini menjadi yang terparah sejak Juni 2024, memperkuat kekhawatiran para investor akan naiknya harga iPhone dan potensi penurunan penjualan di masa mendatang.

Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China kembali memanas setelah Trump secara sepihak menetapkan tarif impor sebesar 54% untuk barang-barang asal China. Langkah ini kemudian dibalas oleh Beijing dengan menetapkan tarif 34% terhadap barang impor dari Amerika Serikat, termasuk produk teknologi yang selama ini menjadi tulang punggung ekspor AS.

Akibat dari kebijakan saling balas ini, harga saham Apple turun drastis. Jika sebelumnya, pada 2 April 2025, saham Apple masih diperdagangkan di angka  225,19 dolar AS per lembar, maka pada siang hari waktu New York, 4 April, nilainya telah anjlok menjadi  195,63 dolar AS. Ini merupakan kali pertama saham Apple berada di bawah angka  200 dolar AS sejak 11 Juni 2024.

Dalam pernyataannya di platform Truth Social, Trump menanggapi reaksi China dengan menyebut langkah Beijing sebagai "kepanikan." "China bermain dengan cara yang salah, mereka panik. Itu satu hal yang tidak mampu mereka lakukan!" tulis Trump, yang saat itu tengah bermain golf, kepada para wartawan sebelum keberangkatannya.

"Ini seperti operasi besar pada seorang pasien. Kami belum pernah melihat yang seperti ini. Pasar akan meledak, saham akan melonjak, dan negara akan berkembang pesat," tambahnya.

Namun, pandangan dari luar lingkaran Gedung Putih sangat berbeda. Para penasihat ekonomi bahkan menyatakan bahwa formula penghitungan tarif Trump sangat keliru, tidak memiliki dasar yang jelas, dan mengabaikan prinsip-prinsip dasar perdagangan internasional. Dikutip dari CNN, tarif 54% yang dikenakan oleh AS dihitung dengan membagi defisit perdagangan suatu negara terhadap ekspornya ke AS, lalu dibagi dua, dan ditambah tarif dasar sebesar 10%.

Dampak Langsung terhadap Apple

Menurut catatan riset internal Morgan Stanley yang dikutip oleh AppleInsider, industri teknologi AS akan menanggung beban tarif sebesar  51 miliar dolar AS dalam jangka pendek, dengan Apple memikul sekitar  33 miliar dolar AS dari jumlah tersebut. Nilai tersebut belum termasuk potensi tambahan biaya dari kebutuhan manufaktur dalam negeri yang mungkin harus ditingkatkan sebagai respons terhadap tarif tersebut.

Kondisi ini memunculkan kekhawatiran baru bahwa Apple, yang selama ini berhasil menstabilkan harga iPhone terutama di pasar AS dan China, kini tidak lagi memiliki ruang untuk menyerap beban biaya sebesar itu. Jika sebelumnya perusahaan mampu menjaga harga ritel tetap sama meski biaya produksi meningkat, kini para analis memperkirakan bahwa iPhone 17 akan mengalami kenaikan harga yang signifikan.

Tak hanya itu, rantai pasok Apple yang sangat tergantung pada berbagai negara juga membuatnya sangat rentan terhadap kebijakan ini. Bahkan pabrik chip milik TSMC di Arizona pun terkena imbas, karena harus mengimpor logam langka untuk memproduksi chip—yang kini juga dikenai tarif tinggi.

Belum Ada Kepastian Investasi

Berbeda dengan momen-momen krisis sebelumnya—seperti saat penjualan iPhone melemah di China pada pertengahan 2024 atau saat pandemi COVID-19—kali ini para analis tidak menyarankan aksi beli ataupun jual terhadap saham Apple. Situasi yang sangat fluktuatif dan kompleks membuat para investor besar memilih untuk menunggu arah kebijakan selanjutnya dari Washington dan Beijing.

Selama masa jabatan pertamanya, Trump sempat memberikan sejumlah pengecualian tarif kepada Apple setelah CEO Tim Cook melakukan lobi intensif. Namun sejauh ini, upaya serupa tampaknya belum membuahkan hasil.

Kondisi ini menjadi pukulan telak bagi Apple, yang selama dua dekade terakhir dikenal sebagai perusahaan paling tahan krisis di antara raksasa teknologi. Kini, bahkan Apple pun tampaknya tak mampu bertahan dari badai kebijakan dagang yang ditentukan oleh faktor politik dan diplomasi internasional.

Terimakasih sudah membaca artikel Saham Apple Anjlok ke Titik Terendah Sejak 2024, Gegara Tarif Balasan dari China Sampai selesai , mudah-mudahan bisa memberi manfaat kepada anda , jangan lupa bagikan artikel ini kepada teman anda semua , sekian terima kasih.