JAKARTA - Di Italia, yang selama ini terbebani oleh pertumbuhan ekonomi yang lambat, jumlah perusahaan yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) sangat terbatas jika dibandingkan dengan negara-negara Uni Eropa lainnya. Hal ini diketahui menurut data yang dirilis pada Rabu 21 Mei oleh lembaga statistik nasional, ISTAT.
Dalam laporan tahunan yang komprehensif, ISTAT menyebutkan bahwa hanya delapan dari 100 perusahaan Italia yang menggunakan AI pada tahun 2024. Ini adalah angka yang lebih rendah dibandingkan dengan Prancis dan Spanyol, serta jauh di bawah angka di Jerman yang hampir 20%.
Menurut ISTAT secara umum, keterampilan digital di Italia jauh dari target Eropa. Hanya 45,8% orang Italia berusia 16-74 yang memiliki keterampilan digital dasar pada 2023, menurut data terbaru yang tersedia, dibandingkan dengan rata-rata Uni Eropa sebesar 55,5% dan target Eropa yang menginginkan 80% pada tahun 2030.
Persentase ini bahkan lebih rendah di Mezzogiorno—wilayah Italia bagian selatan serta pulau-pulau Sisilia dan Sardinia—hanya mencapai 36,1%.
Di tengah tantangan ekonomi yang semakin berat, yang diperburuk oleh krisis demografi yang dalam, semakin banyak orang muda Italia yang berpendidikan memilih untuk mencoba peruntungan mereka di luar negeri.
Pada 2023, 21.000 lulusan berusia 25-34 tahun meninggalkan Italia, meningkat 21,2% dibandingkan tahun sebelumnya, menurut ISTAT. ISTAT menambahkan bahwa dalam 10 tahun terakhir, Italia kehilangan 97.000 tenaga kerja muda yang terampil.
Pemerintah Perdana Menteri Giorgia Meloni pada bulan lalu memangkas proyeksi pertumbuhan tahunan 2025 menjadi 0,6%, turun dari target 1,2% yang ditetapkan pada September. Ini dilakukan di tengah ketidakpastian yang meningkat akibat kebijakan tarif perdagangan AS. Pada kuartal pertama, ekonomi Italia tumbuh 0,3% dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya, berdasarkan data awal.
Posting Komentar